Itu kalimat yang biasanya jadi motivasi para pasangan beda agama untuk tetap bersama. Tanpa perlu mikir panjang, udah keliatan mereka berdua bakal bunuh-bunuhan. Iya, yang dibunuh adalah perasaan. Hihihi.. Tapi tetap juga ada yang nekat menjalani hubungan beda keyakinan sampe ke pelaminan. Cuma, untuk sebagian agama, itu dilarang untuk dilakukan.
Seperti yang udah gue bilang di pembuka postingan ini. Sebagian pelaku pacaran beda keyakinan mungkin lebih condong mengejar kesenangan. Senang untuk bisa bersama dan sayang-sayangan, senang untuk saling mencinta dan mesra-mesraan. Seolah-olah mereka nggak sadar apa yang udah menanti di depan.
Menurut gue, pacaran beda keyakinan itu analoginya kayak elo nanem bibit kacang di tanah. Terus, di atas bibit yang tumbuh itu elo tutupin sama tabung kaca. Dengan harapan, bibit kacang yang mulai tumbuh itu tadi nggak bisa membesar dan menjalar ke mana-mana. Tapi kalo misal kalian bener-bener praktekin eksperimen di atas, sudah pasti makin lama kalian biarin bibit kacang itu tumbuh dan mulai membesar, gelas kaca itu pasti akan mulai retak dan pecah.
Itu baru soal bibit kacang. Bayangin kalo ini soal hati. Emang semudah itu mengendalikan perasaan yang tumbuh di hati? Menjalar dan mengalir di setiap urat nadi. Merambah otak dan menghilangkan kesadaran diri?
Kayaknya bullshit banget kalo ada orang yang mau ngejalanin pacaran serius, terus sudah merencanakan juga kapan mereka akan berpisah. Karena sesakit-sakitnya ditinggalin, diputusin, dikhianatin, bakal lebih sakit lagi kalo terpaksa berpisah, membunuh perasaan yang masih sama-sama menggebu, karena perbedaan keyakinan yang nggak mungkin bisa menyatu.
Mengutip dialog di film CIN(T)A nih. Jadi ceritanya ada dua orang yang berpacaran beda keyakinan. Salah satu di antara mereka meminta kekasihnya untuk ikut masuk ke dalam keyakinannya, terus pasangannya itu ngejawab,
"Kalo Tuhan aja bisa aku khianatin, apalagi kamu kelak?".#Jleb
Terus, contoh lainnya misal elo menjalani hubungan beda agama, mungkin bisa aja bilang ke pasangan:
"Yuk.. masuk ke agamaku.. Biar kita bisa menyatu sampe punya anak cucu.."
Terus, gimana kalo si dia ngejawab:
"Sekarang gimana kalo aku balik pertanyaan kamu. Maukah kamu pindah ke agamaku..biar kita bisa
menyatu sampe punya anak cucu?"

Urusan keyakinan tentunya nggak semudah pindah sekolah atau pindahan rumah. Karena itu hubungannya ke kehidupan setelah mati. Pertaruhan keyakinan yang akan dibawa sebagai bekal saat udah nggak hidup lagi. MAUKAH KAMU MENGKHIANATI TUHANMU YANG SUDAH MEMBERIKAN KEHIDUPAN, REZEKI, KENIKMATAN DAN SEGALANYA UNTUKMU. Demi kenikmatan-kenikmatan kecil yang sudah diberikan pasanganmu?
Belom lagi kalo misal dia mau berpindah keyakinan sehingga kalian bisa nikah. Udah yakin dia mau berpindah keyakinan karena panggilan hatinya, atau dia mau berpindah keyakinan cuma karena biar bisa nikah?
Nah buat yang baru saja memulai untuk pacaran beda agama boleh dipikir lagi mateng-mateng. Untuk apa menjalani sesuatu yang kita tahu ujungnya tidak bisa dipersatukan?

Tidak ada komentar:
Posting Komentar